Bab 39 : Realitas Waktu

 



Lima sekawan itu belum beranjak semenjak selepas isya dari lorong kecil di pinggir bangunan setinggi empat setengah lantai. Mereka menghabiskan waktu dengan menyeruput kopi, bertukar sudut pandang, dan juga melempar candaan yang selalu diiringi gelak tawa.

Pukul dua puluh dua lewat tiga puluh sembilan menit. Salah seorang dari mereka mengungkapkan kegelisahan. Bukan, bukan tentang ̶k̶o̶n̶d̶i̶s̶i̶ ̶r̶e̶z̶i̶m̶ ̶n̶e̶g̶e̶r̶i̶ ̶i̶n̶i̶ rasa kantuk yang mulai melanda, tapi tentang sebuah keresahan dari akal pikiran.

"Kalau Sang Waktu telah mengatur semua hal tentang waktu, lalu tugas kita ngapain? Bukankah kita hanya tinggal mengikuti skenario yang ditulis dan tidak punya peluang untuk mengubah garis waktu yang telah ditetapkan oleh Sang Waktu?'

Ah, sial. Obrolan filsuf abang-abangan kampus menuju tengah malam rupanya. Tak apa, kami sanggup meladeni topik itu. Pun aku selalu senang bertukar pendapat dan pandangan dengan orang-orang baru.


---

Menurutku pribadi, garis waktu adalah realitas tanpa batas. Mungkin, satu-satunya yang mampu membatasi waktu hanya satu; mundur. Waktu adalah sebuah konsep yang terus berjalan memanjang, meluas, dan tegak lurus ke depan.

Aku pernah berpendapat di Bab 36 lalu, bahwa kehidupan adalah tentang menghubungkan titik demi titik kejadian. Titik demi titik itu berjalan layaknya A ke B, B ke C, atau 1 ke 2, 2 ke 3, dan seterusnya. Bukan malah sebaliknya. Namun, makin ke sini, aku belajar bahwa realitas dari gabungan titik-titik itu bukan soal bergerak maju atau mundur. Ada hal yang lebih menarik tentang titik titik yang membentuk sebuah garis yang bernama fase.

Fase adalah sebuah sebab - akibat tersendiri yang memiliki awal dan akhir. Ibarat kata, ada tanda kurung kurawal serta tutup kurawal yang menandakan bahwa itu adalah sebuah linimasa khusus yang layak disebut sebagai sebuah fase.

Fase inilah yang membuatku tenggelam semakin dalam mempertanyakan sebuah anekdot; setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya.

Dulu, aku tak percaya bahwa kalimat ini akan menjadi nyata suatu saat. Aku yakin bahwa semua hal yang telah berjalan akan terus berjalan. Aku percaya tidak ada kekacauan yang benar-benar terjadi berkepanjangan. Aku yakin pertemuan demi pertemuan akan terus terawat menjadi sebuah acuan yang bermanfaat.

Namun, Sang Waktu adalah Maha Benar. Anekdot itu melumpuhkan setiap teori yang kubangun sendirian.

Benar, Sang Waktu memang tak terbatas. Namun, akal manusia yang belum --dan tidak akan pernah sepenuhnya terbebas. Akan selalu ada misteri dari setiap prediksi, tentu ada kejutan dalam setiap tebakan. Pasti ada ganjaran pada setiap kesalahan.

Fase-fase kecil ini nantinya menjadi fondasi yang kompleks pada bab kehidupan manusia yang lebih besar. Ada fase bahagia, ada fase sukacita, ada fase riang gembira. Pun ada fase-fase sebaliknya. Manusia bebas memilih fase mana yang menurutnya merupakan fase terbaiknya. Fase-fase itu akan menjadi tonggak nyata dalam sejarah perjalanan hidupnya.

Fase favoritku? tentu saja, fase pengasingan.


--

Di tengah segala keterbatasan, mundur bukanlah sebuah pilihan.

Imperium Romawi hingga Utsmani bukanlah rumah setengah jadi yang selesai dibangun dalam waktu setengah hari. Di baliknya, ada proses panjang berupa pemantasan diri hingga berpasrah hari demi hari.

Seperti ungkapan seseorang yang kutemui di depan apotek beberapa hari sebelumnya. Peradaban terus berkembang antar generasi. Di antaranya akan selalu ada 'mereka' yang akrab dengan keterasingan dan memilih menarik diri.

Mati sekali, kau akan lahir berkali-kali. Aku mendapat banyak pengalaman dan pesan kehidupan dalam pengasingan.

Fase kehilangan banyak teman, tapi juga merupakan fase pembelajaran. Fase ambruk dan terpuruk, meski harus diakui bukan fase terburuk.

Fase itu pun telah ditutup oleh notfikasi langit yang menenangkan,

"Santai saja. Selesai juga, kan?"

---


Aku yakin banyak garis waktu yang belum mampu dipecahkan manusia. Kita adalah alasan utama mengapa garis waktu terus berjalan. Pilihan-pilihan hidup kita di masa lalu bisa saja menjadi pemacu dan pemicu setiap fase yang kita jalani saat ini. Pun keputusan-keputusan hari ini niscaya akan menjadi batu loncatan untuk kemudian hari.

Tenanglah, kawan. Sang Waktu telah menyusun semuanya dengan tepat sasaran. Memang, Sang Waktu telah mengatur semuanya sedemikian rupa terkait proses berjalannya waktu. Kita pasti akan menjalaninya. Namun, itu bukan alasan kita harus pasrah sepenuhnya. Bisa jadi, ada pasal tambahan yang berbunyi "sesuai yang hambaku usahakan dan doakan" dalam setiap detail waktu yang telah disusun. Sehingga secara paralel, Sang Waktu akan menambahkan 'coding' khusus untuk menyempurnakan takdir super presisi pada setiap detail puzzle kehidupan.

People come and go, things come and go. Let it flow; when you know, you know.


Comments

Post a Comment

Lihat juga: