Melepas Rindu dengan Satwa Besar Kebanggaan CRU Trumon, Aceh Selatan

“Intan! Intan! Kemari, duduk.” Begitu ucap seorang Mahout gajah. Intan sendiri adalah seekor bayi gajah yang menghuni Conservation Response Unit (CRU)  Trumon. Mahout lainnya kemudian menuntun tim LPM Perspektif  menjelajah hutan di kawasan di CRU Trumon, Gampong Naca, Kecamatan Trumon Teungoh, Kabupaten Aceh Selatan, Sabtu (6/4) siang.

***

Kawasan CRU Trumon adalah lokasi keberadaan gajah-gajah sumatera yang jinak untuk membantu mitigasi bencana konflik gajah wilayah Aceh Selatan dan Aceh Singkil.

Sekitar pukul 11.30 WIB, Tim LPM Perspektif tiba di kawasan Koridor Satwa CRU Trumon setelah menempuh 2 jam perjalanan dari kecamatan Tapak Tuan menuju kecamatan Trumon Teungoh, Aceh Selatan. Perjalanan menggunakan dua minibus yang dinahkodai Luthi dan Jauhar ini menyusuri jalur lintas barat Sumatera yang cukup melelahkan. Namun, rasa lelah itu lumayan terobati berkat belaian angin dan pemandang asri di sepanjang perjalanan menuju CRU Trumon.

Tim LPM Perspektif disambut dengan hangat oleh Koko, selaku Ketua Mahout CRU Trumon yang kemudian berbincang-bincang sejenak mengenai perkembangan CRU Trumon bersama Hasan Basri, Pemimpin Umum LPM Perspektif. Terlihat juga beberapa kru CRU Trumon menyambut Tim di halaman depan kantor CRU Trumon.

Selagi Koko dan Hasan berbincang-bincang, rombongan LPM Perspektif melakukan briefing materi yang dipimpin Ayu Khatijah & Alma Hidayah. Seluruh anggota pun menyiapkan segala amunisi seperti kamera, handphone, buku, alat tulis, dan sebagainya untuk menggali sebanyak-banyaknya Informasi di CRU Trumon. Tim Mahout pun tak lupa menyiapkan diri sebelum menuntun Tim LPM Perspektif memasuki hutan rimba tempat tinggal Gajah Sumatera yang menjadi objek utama di CRU Trumon, dan tentu saja “buruan” hunting nomor satu Tim.

Setelah seluruh Tim LPM Perspektif dan Tim Mahout selesai melakukan persiapan, Koko memberikan arahan terakhir. Ia tak akan menemani kami untuk menjumpai Gajah di dalam hutan yang jaraknya kira-kira 700 meter dari kantor CRU. Lantas, kami hanya ditemani tiga orang Mahout yang tak kalah berpengalaman dari Koko. Ke-15 orang dari Tim LPM pun berjalan beriringan memasuki rimba yang liar dituntun ketiga Mahout tersebut.

Tim pun menyusuri semak belukar dan pepohonan lebat di kanan-kiri jalan setapak menuju “rumah” gajah yang ingin kami temui. Selama perjalanan menuju singgasana gajah, beberapa anggota tim terlihat meringis kesakitan sebab diserang hewan pacat yang entah datang darimana, sudah menempel dan menghisap darah di bagian kaki. Memang, banyak sekali pacat yang mendiami area tersebut. Begitulah penuturan Mahout yang menemani Tim.

Sampai di lokasi gajah, seorang Mahout memanggil nama Sisca dan Intan dengan suara lembut. Sisca adalah Induk Gajah berusia 38 tahun, sedangkan Intan adalah anaknya yang baru berusia 2 tahun. Kedatangan rombongan disambut hangat kedua hewan besar ini. Tidak ada reaksi liar, justru reaksi bersahabat ditunjukkan Sisca dan Intan. Kami pun satu-persatu mendekati gajah jinak ini dan sesekali mengelus-elus kepala sang induk gajah sembari diganggu Intan yang lucu bermain petak umpet disela-sela induknya.

Kamipun bergantian mendekati Sisca maupun Intan untuk berfoto ria. Sebagian lainnya terus bercengkrama dengan mahout-mahout yang bertugas. Tentunya, mahout-mahout tersebut tak melepaskan focus terhadap Sisca dan Intan. Karena sejinak apapun mereka, keduanya adalah hewan yang sewaktu-waktu bias mengeluarkan sisi buasnya.


[Intan]

Sesaat kemudian, seorang Mahout dibantu satu orang mahout lainnya membawa Sisca dan Intan bergeser ke tempat yang lapang sembari diperintahkan menyeret rantai yang mengikat leher Sisca sepanjang 25 meter.

“Ayo kesini, jangan takut!,” begitu perintah Mahout kepada Tim LPM Perspektif yang sempat bergidik ngeri, ketika tanah di sekitar tempat berpijak terasa bergoyang kala Sisca dan Intan berjalan.
Beberapa saat kemudian, Mahout meminta Sisca dan Intan untuk duduk agar Tim dapat menyapa keduanya lebih dekat. Sambil mengelus-elus kepala mereka yang kasar, Tim pun memberi Pisang kepada mereka. Menurut penuturan Mahout, Pisang adalah salah satu pakan utama Gajah di CRU Trumon.



[Interaksi bersama Sisca]


Tak lama kemudian, kami harus mengucapkan selamat tinggal kepada Sisca dan Intan sebab kami harus mengunjungi salah satu gajah jantan yang kebetulan lokasinya tidak dekat dari area yang dihuni Sisca dan Intan.

Perlahan, kami pun berjalan keluar hutan, berjalan di pinggir jalan raya, dan masuk hutan lagi. Kali ini kami akan bertemu Bayu, gajah jantan berusia 30 tahun.

Setibanya di lokasi Bayu, kami dibuat takjub akan keberadaannya. Ia terlihat sangat garang dengan gading sepanjang kurang lebih satu meter. Meskipun jinak, Bayu termasuk kategori gajah petarung. Bayu Bersama pejantan lain, bernama Meutuah kerap digunakan untuk mengatasi gangguan gajah liar di batas-batas hutan dengan perkampungan warga.

Di CRU Trumon, terdapat 5 ekor gajah. Selain Sisca dan anaknya Intan, lalu Bayu, terdapat dua gajah lainnya. Kedua gajah tersebut merupakan pasangan jantan dan betina bernama Meutuah, berusia 36 tahun dan Nanik 32 tahun. Menurut mahout, Meutuah dan Nanik hidup mesra di pinggiran Koridor Satwa CRU Trumon. Hal inilah yang membuat Mahout tidak mengizinkan kami untuk menjumpai mereka, karena lokasinya yang jauh di dalam hutan dan medan yang lebih berat.

Beberapa momen epik tentunya tak kelewatan untuk diabadikan Tim Bersama Bayu. Kapan lagi bias berfoto sambal memegang gading gajah, Bersama gajahnya langsung. Selama Tim asyik berfoto-foto bersamanya, Bayu tak berhenti menguyah makanan. Pelepah kelapa dan pisang yang disediakan dililitkan dengan belalai dan kakinya, lalu dimasukan ke dalam mulutnya yang lebar.

Pukul 14.00 WIB, seluruh tim memutuskan untuk mengakhiri kunjungan menyapa gajah CRU Trumon. Tim LPM Perspektif dan Tim Mahout pun bergerak kembali ke Kantor CRU. Disana, kami sudah disuguhkan minuman khas CRU Trumon, yaitu Es The Lemon Trumon.

“Belum sah ke CRU Trumon, kalau belum minum ini. Hahaha.” Kata Koko kepada kami, dan diikuti gelak tawa seluruh kru dan mahout yang ikut menikmati Es The Lemon yang dimaksud. Memang suguhan minuman dingin di tengah teriknya hari benar-benar memuaskan jiwa.

Selepas itu, kami mempercepat aktivitas kami disana karena harus berkunjung ke destinasi lain di Aceh Selatan. Kunjungan di CRU Trumon ditutup dengan pemberian Plakat Penghargaan kepada Pihak CRU Trumon dan berfoto Bersama seluruh peserta dan kru CRU Trumon.


[Foto Bersama]


"Jaga alam, maka alam akan menjaga kita." Tutup Koko kepada tim LPM Perspektif di akhir kunjungan.

Comments

Lihat juga: