Rasulullah, Acuan Muslim dalam Berperilaku Akhlakul Karimah di Tengah Era Globalisasi

Di era globalisasi seperti saat ini, arus pertukuran budaya merupakan sesuatu yang tak dapat dibendung. Berbagai jenis kebudayaan dari seluruh penjuru dunia dapat saling bertemu serta berasimilasi pada titik-titk pertukaran di manapun dan kapanpun. Arus pertukaran budaya telah menembus batas bangsa dan negara. Arus pertukaran budaya menerpa banyak orang dari berbagai suku, agama, ras, serta lapisan masyarakat lainnya tanpa pandang bulu.

Fenomena globalisasi juga turut menjangkiti umat muslim saat ini. Globalisasi bagai pisau bermata dua. Ia bisa membawa perubahan positif dalam hidup seorang muslim. Sebaliknya, globalisasi yang juga membawa beberapa nilai negatif dapat menggerus kepribadian seorang muslim dalam berperilaku. Tergantung bagaimana kita menyikapi globalisasi yang sedang berlangsung. Sudah selayaknya setiap muslim berwaspada dan berhati-hati dalam berperilaku di era globalisasi. Sebab, Islam sendiri telah mengatur bagaimana selayaknya seorang muslim berperilaku. Yaitu dalam tatanan akhlakul karimah.

Akhlakul karimah sendiri berarti akhlak mulia, yaitu segala bentuk akhlak yang baik atau terpuji. Akhlak dalam Islam merupakan puncak tertinggi dari nilai-nilai istimewa dalam diri seorang muslimin. Akhlak merupakan poros utama yang menjadikan Islam sebagai  agama kasih sayang (rahmah) bagi alam semesta (lil ‘alamin) dengan nilai kemanusiaan di dalamnya. Dalam Islam terdapat beragam nilai dan kaidah yang telah diatur dalam syariat, sebagai tolok ukur sekaligus pegangan seorang muslim dalam berperilaku. Namun, di atas semua itu, nilai Akhlaklah yang paling utama.

Sebagai generasi yang hidup di tengah derasnya arus globalisasi dan pertukaran budaya, sebenarnya setiap muslim telah mempunyai sosok acuan dalam berbicara, bersikap hingga bertindak dalam balutan akhlakul karimah. Sosok itu merupakan seorang pria hebat pembawa risalah terbaik untuk umat akhir zaman. Meski telah wafat 14 abad lalu, setiap tingkah lakunya tetap dapat dijadikan teladan hingga saat ini. Tokoh tersebut tak lain tak bukan adalah Rasulullah SAW.

Dalam sebuah Hadits yang sangat populer, kita mendengar pernyataan dari Rasulullah yaitu “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” Hal ini disebutkan dalam hadits riwayat Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 273. Kita dapat menyimpulkan dari hadits ini bahwasanya Rasulullah SAW hadir di tengah manusia untuk mencerahkan wawasan manusia tentang petunjuk bagaimana selayaknya berperilaku.

Nabi Muhammad SAW dengan berbagai keindahan budi pekertinya telah mendorong kepada seluruh muslim untuk selalu berbuat baik, saling memaafkan, dan terus belajar untuk menjadi pribadi yang mencintai persatuan dan menjauhi permusuhan. Semua hal indah itu bermuara pada sebuah konsep vital tentang nasihat Nabi yang paling utama, yaitu akhlakul karimah.

Terlebih pada masa sekarang, di mana tuntutan hidup setiap individu semakin meningkat dari hari ke hari. Terkadang, hal ini membuat seseorang tidak lagi memedulikan bagaimana perilaku dirinya terhadap orang lain ataupun dunia luar. Akhlakul karimah seolah bukan hal yang penting, yang terpenting adalah bagaimana tuntutan hidupnya dapat terpenuhi.

Padahal, Akhlakul Karimah merupakan resep utama untuk dapat memenuhi semua kebutuhan manusia. Semua kebutuhan mendasar manusia bersinggungan erat dengan akhlakul karimah yang diajarkan Rasulullah. Kebiasaan dalam diri dapat dibentuk dalam balutan akhlakul karimah. Sifat disiplin, jujur, dan bekerja keras seorang muslim dapat mengantarkannya mencapai kesuksesan dalam kehidupan sosial dan karirnya. Seterusnya hingga dalam level cakupan yang lebih luas, kehidupan bermasyarakat yang diatur dalam sistem Akhlakul Karimah sudah pasti akan membawa keberkahan. Masyarakat luas yang mempunyai perilaku selayaknya perilaku yang diajarkan Rasulullah akan teratur, sistematis, dan penuh etika.

Sudah seharusnya kaum muslim di negeri ini sadar dan akan pentingnya risalah akhlakul karimah yang dibawa Rasulullah. Risalah yang akan membawa kebaikan bagi siapapun yang menjalaninya.  

Risalah itu telah tuntas. Tinggal bagaimana kita mengimplementasikannya dalam kehidupan sebagai seorang muslim. Sebab, akhlak seperti yang dinasihatkan Nabi memuat seluruh dimensi kehidupan. Rasulullah telah menganjurkan sikap tolong-menolong, cinta-kasih, menjaga kehormatan, baik, jujur, ikhlas, amanah, istiqomah, penyayang, disiplin, pemaaf, sabar, teguh, pemberani, dan lainnya, Akhlakul Karimah menjadi kunci akan peradabahan islami yang hakiki.
Dengan tuntunan Akhlakul Karimah yang dibawa Rasulullah, umat muslim dapat menemukan momentum untuk kembali pada kejayaan. Terlebih, kejayaan pada era globalisasi saat ini. Tentunya dengan keindahan Akhak yang mulia seperti yang telah diwasiatkan Rasulullah. Wallahu a’lam

*Edited : Alhamdulillah tulisan ini mendapatkan predikat juara dua dalam kompetisi Artikel bertema "Nabi Muhammad, Rasul Panutanku" yang digelar LDF Al-Mizan FEB Unsyiah, 6 Desember 2019.






Comments

Lihat juga: