Bab 15 : Surat Dariku, Untukku



Di bawah purnama sempurna,
Medan, 13 Januari 2020

Kepada Yth:
Abi Rafdi Azira Nst
di
    tempat

Selamat malam.
Halo, Abi.
Saya harap kamu mampu menikmati hidup yang belakangan ini nampak dilematis, ya? Hahaha.

Untuk segala kecewa yang kamu terima, cobalah untuk ikhlas menerima segalanya. Untuk segala pilihan yang datang, mereka hadir untuk memberimu kesempatan. Untuk semua upaya yang selalu dipandang sebelah mata, teruslah berusaha. Innallaha ma'ana.

Saat semua inginmu harus pupus bahkan sejak dalam pikiran, bersabarlah, sebab nanti akan ada waktunya semua akan terlaksana. Tak ada yang sempurna, keterbatasan pasti ada. Ini hanya masalah proses yang belum tepat pada masanya. Pelan-pelan saja, nikmati segala prosesnya. Inshaallah.

Saat segala keadaan membuatmu bingung untuk melakukan apa, rehatlah sejenak. Mungkin sandiwara duniawi sedang berada pada titik jenuh untuk mengganti beberapa pemeran utamanya. Bernafaslah sebentar untuk menyegarkan tumpukan prasangka buruk pada dunia. Setelah lega, mari kembali menyusun skenario perjalanan kehidupan.

Saat kamu merasa bahwa dirimu tiada berguna, pahamilah bahwa tanpa kamu sadari, kamu telah berjasa bagi beberapa manusia. Meski entah pada siapa.

Tidak merugi apabila menempatkan orang lain pada urutan pertama, meski konsekuensinya adalah dirimu sendiri kamu tempatkan entah di urutan ke berapa. Kamu pernah melewati fase tidak punya siapa-siapa, maka wajar kamu tidak ingin orang lain merasakan sakit yang sama.

Tersenyum, lalu tariklah nafas perlahan saat kamu tak mampu lagi untuk berbicara membalas takdir semesta. Menangislah untuk meredakan semua emosi dalam jiwa. Di ujung sana, ada sebuah alasan mengapa akhirnya dirimu diamanahkan untuk tercipta di tengah alam raya.

Jaga badanmu. Kamu bukanlah sosok robot yang tidak bisa diserang penyakit. Selalu ingat kamu punya siklus tumbang di bulan November. Juga flu berkepanjangan yang saat ini juga sedang melanda. Ada banyak cerita indah yang terancam gagal diukir jika ragamu sedang tidak baik-baik saja. Selalu ingat itu. Syafakallah.

Karena sesungguhnya, transaksi kita dengan Ilahi sama sekali belum lunas. Ada banyak tawaran langit yang belum diimplementasikan. Mari bersemangat untuk terus mengejar ridho-Nya, dunya wal akhirah.

Selamat bertambah usia. Itu hanya angka dan omong kosong yang terbentur perayaan fana. Sejatinya, dirimu tidak ada di sana. Teruslah berkarya dan berusaha menebar manfaat bagi orang lain, tanpa harus terpaut parameter belaka.

Tertanda,


Dirimu sendiri,
Abi Rafdi Azira Nst

Comments

Lihat juga: