Bab 22 : Jarak yang Tak Dapat Diestimasikan



Hidup berjalan dengan patokan yang tak dapat diukur. Indikator paling presisi pun tak dapat menerka sudah di mana posisi kita dalam sebuah lintasan panjang dan akbar bertajuk kehidupan. Dalam setiap linimasa tersebut, bisa jadi kita saat ini berada di tengah acara dan sedang berpesta pora. Atau bisa jadi kita malah berada dalam wabah pandemi yang mendera. Atau apa saja. Naik, turun, berpindah, menetap, datang, pergi adalah hal biasa, dan ketika kamu mulai terbiasa dengan segala perubahan yang dinamis itu; maka dirimu telah siap untuk menerima lebih banyak kejutan. Segala kemungkinan bisa menjadi kenyataan, dan segala kenyataan bisa berasal dari ketidakmungkinan.

Juga kehidupan, merupakan sebuah pencarian akan sebuah jawaban yang mungkin saja jaraknya tak bisa diestimasikan. Jauh, iya. Berat, pula. Lelah, juga. Kamu telah tahu apa yang menanti sepanjang jalan. Rintangan, cobaan, ujian, yang hanya akan membuatmu menangis kesakitan. Tapi tidak, kamu harus maju menerjang hingga tiba di ujung jalanmu. Kamu lebih tahu apa yang menjadi tujuanmu. 

Lalu untuk beberapa tahap, kita akan bertemu dengan fase-fase berkompetisi. Persaingan bukan sesuatu yang buruk, ia adalah konsekuensi alamiah yang menjadi kodrat naluriah setiap bani adam. Insting bertarung menjadi yang terbaik adalah warisan emas teori evolusi —jika kau mempercayainya—, dan juga dalil parameter setiap hamba dalam ajaran kitab samawi —jika kau mengimaninya—. Sejak memulai detak dalam rahim ibu hingga kembali ke rahim bumi nantinya, kita akan terus berkompetisi dengan banyak hal. 

Ada takut yang normal, ada takut yang irasional. Ada ketakutan yang bersifat universal. Ada ketakutan yang sebatas personal. Ada jenis takut terhadap banyak hal, ada jenis takut pada khayal. Ada yang takut pada kegelapan, kemiskinan, kesengsaraan, kehilangan, ketidakmampuan, dan sebagainya. Ada yang takut menjadi dewasa, semoga dirimu tidak menjadi bagian dari itu.

Bersyukurlah untuk perjalanan baru ini. Karena dengannya, akan terukir kisah kontemporer yang spektakuler. Bersamanya akan ikut menyertai untaian doa, ribuan pinta, dan jutaan mantra untuk memastikan plot cerita berikutnya baik-baik saja dan tetap istimewa. Sebab, ada setiap napas yang meretas identitas. Serta, ada setiap langkah yang menggugah anugerah. 

Aku menemukanmu di tengah entitas yang istimewa. Manusia-manusia serba bisa dan serba ada. Mereka yang dikaruniakan dengan bakat untuk menemukan. Bukan ilmuwan yang menggelar sejumlah penelitian, tetapi hanya sekadar orang yang cukup jeli menemukan jawaban atas persoalan kehidupan. Masalah-masalah besar yang solusi sebenarnya dapat kita temukan di sekitar diri. Kuncinya hanyalah terus mencari. Golongan ini, adalah spektrum baru yang mampu melihat kekacauan dari sudut yang berbeda. Mereka mampu konversi kekurangan menjadi kelebihan. Lalu mereka konvservasi solusi yang tercipta agar terus relevan dengan kondisi. 

Jangan terlalu sibuk menyesuaikan diri agar sama dengan warna lingkungan, sampai mengorbankan warnamu sendiri. Menemukan dan jujur pada diri sendiri tidak selalu menyenangkan. Ada kalanya malah menyakitkan dan membingungkan. 

Ada kalanya saat yang kamu temukan ternyata tak sesuai dengan pandangan orang, kamu akan merasa waswas dan cemas, takut mengakuinya, takut menerimanya. Menemukan diri sendiri juga tidak selalu berupa perayaan besar, ia bisa saja berupa keberanianmu mengakui tentang sebenar-benarnya dirimu yang mungkin dianggap salah oleh sebagian mereka.

Semoga siapapun dirimu, tidak pernah akan kamu sangkal karena takut dicap tidak normal. Semoga kamu beroleh kesempatan untuk jujur dan bangga akan dirimu sendiri, mengakui dan mencintai.

Tak perlu untuk menjadi yang paling hebat, paling dahsyat, dan paling terhormat dalam semua hal. Bunga matahari juga tak mekar sepanjang hari. Cukup ingat bahwa dengan menjadi dirimu yang selalu hadir paling awal di tengah pertolongan pada orang lain, kamu telah menembus batas dirimu. Karena pemenang memang akan selalu dipuja dan dibanggakan. Tapi yang pertama, tidak akan pernah bisa dilupakan.

Comments

Lihat juga: