Bab 29 : Kebetulan

Halo! Kembali menyapa setelah lama tidak menulis. Kali ini aku akan membagikan sudut pandang yang lahir dari perenungan jam tiga pagi —tadi.

Hari-hari yang baru saja aku lewati adalah contoh nyata ungkapan peribahasa Aceh, "Na Hek, Na Hak. Hana Hek, Hana Hak." Benar. Semenjak aku telah memilih jalan untuk menggadai hak diri sendiri untuk lebih berkorban dan bermanfaat bagi teman-teman di fakultas, banyak cerita yang terus terjadi. Cerita itu termasuk bagian getirnya. Masalah dan masalah yang silih berganti. Namun, semua terjadi atas kesadaranku. Semua telah menjadi konsekuensiku.

Sudut pandang yang ingin aku bagikan adalah tentang bagaimana sebaiknya kita menyikapi sebuah fenomena yang terjadi dalam bingkai ketidaksengajaan. Orang-orang sering menyebutnya sebagai kebetulan. 

Konstruksi berpikir yang terbangun sejak awal telah mengantarkanku tentang bagaimana diriku memaknai sebuah kebetulan. Aku pernah berkata pada seseorang,  semua kebetulan itu saling terhubung. Aku mengatakan itu karena menyaksikan banyak hal yang terjadi secara kebetulan itu saling sambung-menyambung.

Pertanyaan besarnya adalah, apakah semua hal itu benar terjadi secara acak dan tanpa makna?

Pernah tidak, kita berpikir bahwa semua peristiwa yang terjadi selalu berkaitan satu sama lain. Kita cenderung mengidentifikasi kesamaan-kesamaan yang hadir sebagai sebuah hulu yang ujungnya bermuara pada sebuah “kebetulan”.

“Kebetulan, dia teman satu fakultas dari temanku”,

“Kebetulan, abang itu satu event dengan adik kelasku”,

“Kebetulan, kakak itu rekan satu organisasi kenalanku”,

dan macam lainnya.

Banyak sekali kebetulan yang sudah terjadi di sekitar kita. Ada kebetulan yang berdampak kecil. Ada kebetulan yang berdampak besar. Ada kebetulan yang rasional, ada kebetulan yang tidak normal. Ada kebetulan yang terjadi sekali, ada kebetulan yang terjadi berulang kali. 

Kebetulan-kebetulan ini terus terjadi dan terkoneksi. Berulang kali.

Jika mengilas balik riwayat hidup masing-masing diri kita ke belakang, pasti ada sebuah bagian atau lebih yang kita sebut sebagai sebuah kebetulan. Kita akan terus menceritakan kisah demi kisah yang pernah terjadi dalam hidup kita tanpa menghiraukan sebuah hal yang kita sebut sebagai kebetulan. Padahal jika kebetulan tersebut dihilangkan dalam hidup kita, akan terjadi plot-hole yang menimbulkan alur yang rumpang. Kebetulan yang terjadi sering mengantar kita pada titik masing-masing di masa kini. Tanpa kebetulan tersebut, tidak ada kita hari ini.

Jangan terlalu menyesali sebuah hal. Bisa jadi, di masa depan kita akan menyebut penyesalan tersebut sebagai kebetulan yang patut dirayakan. Sebaliknya. Jangan terlalu membanggakan keberhasilan yang terjadi saat ini. Karena bisa jadi, ketika di masa depan roda kehidupan mengantarkan kita pada putaran ke bawah, kita akan menyesali kejadian yang kebetulan saat ini menyenangkan.

Kembali lagi kepada khittah yang belum juga usai. Amanah itu datang selaras dengan tumpukan tanggung jawab dan bongkahan masalah yang menunggu untuk diselesaikan satu per satu. Kebetulan, dirimulah orangnya. Kebetulan, dirimulah yang dipercaya untuk mengembannya. Hadirmu saat ini adalah jawaban atas rangkaian kebetulan yang mulia. Maka pastikan tetap konsisten pada jalannya.

Terkadang kita terlalu menyepelekan sebuah hal yang kita anggap sebagai kebetulan. Padahal, disadari atau tidak, hal-hal sepele yang kita klaim sebagai "kebetulan" merupakan tanda betapa dunia begitu akurat dan presisi mengatur kehidupan kita. Bukti bahwa eksistensi manusia benar-benar memiliki arti di tengah alam raya.

Pada akhirnya, “kebetulan” hanyalah sebuah terminologi yang dibuat ketika mekanisme semesta tak mampu diterjemahkan oleh nalar manusia. "Kebetulan" adalah frasa yang sengaja diciptakan ketika kita baru mampu menangkap realita jauh setelah sebuah peristiwa terjadi. Kebetulan demi kebetulan akan terus terjadi mengiringi manusia. Sebab kita semua adalah kebetulan-kebetulan yang disengaja oleh Tuhan.

Sampai saat ini, sudah sejauh mana kita mensyukuri "kebetulan" - "kebetulan" yang hadir di hidup kita?

Comments

Post a Comment

Lihat juga: