Bab 31 : Frekuensi Lainnya
Sejak itu, kita tidak perlu lagi memusingkan satu perasaan buruk dan melupakan banyak perasaan baik. Karena sebesar apa pun gelombang ombak, akan surut juga jika sudah tiba di ujung permukaan. Ketika itu, kamu akan paham, bahwa sedihmu pun nanti pasti akan selesai. Juga tawa dan bahagiamu tidak akan selamanya muncul sebagai pelerai.
Masing-masing sudah punya peranan untuk saling melengkapi, jadi tinggal jalani dan hadapi saja. Meski sedih sering menghampiri, kita harus bahagia kembali. Sebab, diri kita berharga, maka buatlah dia bahagia.
Rasa sedih, marah, kecewa, terluka, bahagia, tawa, juga patah hati adalah bagian dalam diri manusia yang tak bisa dipisahkan. Menjadi manusia artinya merasakan semua hal yang menyakitkan dan menyenangkan.
Setiap kita memiliki kegelisahan yang berbeda. Namun, ada yang bisa menghadapi kegelisahan itu, ada juga yang tak dapat menutup matanya sepanjang malam karena memikirkannya.
Setiap kita memiliki masalah dalam hidup. Namun, ada yang mampu menyederhanakannya, ada juga yang terus melarutkannya. Pada bagian ini, perasaan kitalah yang lebih penting. Menyelamatkan hati dan jiwa dari kegelisah- an dan kecemasan, lebih penting dibanding menyelesaikan masalah itu sendiri. Sebab, dengan hati yang tenang dan lapang, masalah tersebut bisa dihadapi dengan baik.
Karena dengan suasana hati yang baik-baik sajalah, seseorang mampu mengambil langkah mengatasi kegelisahannya. Maka selamatkanlah hati kita terlebih dahulu. Sebab, hati adalah pusat penting dalam jiwa. Jika hati kita baik baik saja, maka semua hal dapat kita lalui dengan mudah. Namun, jika kita tak dapat mengendalikan diri, artinya kita terkalahkan dan hilanglah kebahagiaan.
Mungkin senang dan tawa mampu mendefinisikan kebahagiaan. Sesuatu yang semuanya memukau dan baik. baik saja tampaknya memang menyenangkan. Namun, menghadapi kebahagiaan tanpa adanya luka, rasanya akan biasa saja. Sebab, bahagia mudah hilang cita rasanya. Berani hadapi kecemasan, kegelisahan, tekanan, dan hantaman, akan terasa luar biasa. Sebab, cita rasanya perlu waktu untuk bertumbuh dan berakar menjadi pohon kebahagiaan.
Jangan hanya berani hadapi terang. Tapi hadapi gelapnya juga. Agar kita tahu bagaimana hati dibolak- balikan perasaannya oleh bumi. Agar kita tumbuh menjadi seseorang yang mampu menyelami kehidupan. Menjadi sosok yang tak cuma siap hadapi bahagia, tapi juga kuat jalani rute yang diberikan oleh semesta.
Hidup kita selalu berputar pada dua hal. Suatu hari terasa menenangkan, tetapi di hari lain terasa menegangkan. Maka jalan dari keduanya adalah menyelamatkan hati dan perasaan kita untuk tidak membuatnya jauh dari kebahagiaan.
Selamat menikmati gelombang rasa yang frekuensinya kadang kala tak bisa kita dapatkan dengan apa yang kita suka, tapi datang dengan berbagai macam luka dan air mata.
Maka, hadapilah. Jangan sesali. Semua akan berakhir pada waktunya.
Comments
Post a Comment