Berjamaah Meski dari Rumah

Aku selalu mendambakan hidup di tengah mereka. Ikhwani fillah, saudara-saudaraku karena Allah. Mereka yang saling menyayangi dalam bingkai dakwah, saling mengasihi dalam balutan tarbiyah. Dan kini, aku benar-benar merindukan indahnya hidup berjamaah.

Ramadan kali ini berbeda. Covid-19 menjadi aktor utamanya. Tak perlu berkelit untuk katakan kita dapat menyesuaikan diri, cukup akui Ramadan tahun ini memang berbeda. Tidak ada tarawih di surau dusun dan pedesaan, hilangnya tabligh akbar di masjid perkotaan, atau ditiadakannya i’tikaf yang rutin digelar di banyak masjid mana pun saat Ramadan. Namun, dari semua itu, rasa sedih paling mendalam adalah karena tak dapat berinteraksi dengan mereka; Ahlullah.

Enam Indera yang ada merasa kebingungan. Rutinitas setiap bulan suci tak lagi dapat dilakukan. Rutinitas yang menjadi identitas ghirah kami dalam setiap Ramadan. Benang merah yang menyatukan kami semua sebagai penumpang dalam gerbong raksasa bertajuk tali kekeluargaan. Rasa persaudaraan muncul dari empati karena kami senasib sepenanggungan. Rekan seperjalanan, dalam satu karavan. Pada sebuah ekspedisi panjang dan melelahkan mengharap Jannah di ujung jalan.

Entah sudah setengah, sepertiga, seperempat perjalanan, atau malah sebenarnya aku baru saja memulai pengembaraan. Tapi yang pasti aku akan berhenti untuk menyesal pada keadaan.

Tak perlu terlalu mengutuk pandemi. Ingatlah segala ketetapan-Nya telah melalui serangkaian takdir yang mahapresisi. Bisa jadi ini cobaan, tapi tak ada ujian yang benar-benar tidak mempunyai jawaban. Benar, ini mungkin musibah. Tapi dalam setiap perkara, jelas Allah selalu menjanjikan sebuah hikmah.

Ramadan boleh berbeda. Namun, kebaikan tetap sama. Tak sedikitpun definisi kebaikan bergeser atau berubah makna. Setiap muslim tetap memiliki beban untuk menyebar kebaikan kapan pun dan di mana pun, termasuk di tengah wabah. Setiap gerak-gerik, akhlak, dan tindakan seorang muslim harus tetap sesuai tuntunan. Ada tanggung jawab yang dipikul untuk menyampaikan narasi agung yang bersumber dari Al-Quran.

Tapi aku tak bisa jika sendirian. Di rumah, tak bertemu dengan para pejuang fi sabilillah. Siapa yang akan mengingatkanku saat tergelincir pada kubangan maksiat? Siapa yang akan memonitoriku untuk terus konsisten dan stagnan pada grafik keimanan? Siapa?

Ya Allah, maafkan diri ini. Tak sedikit pun terbesit niat untuk keluar dari barisan jamaah. 

Hingga akhirnya, aku menyadari ladang kebaikan justru menghampar luas tatkala berdiam di dalam bilik-bilik kecil di rumah. Waktu-waktu bertafakkur yang kian panjang adalah kelezatan yang tak tertandingi. Plus kedua orangtua adalah sasaran empuk bakti birrul walidain, tempat mengaduh segala keluh kesah, juga solusi dari ampunan dan ridho yang dititip oleh pemilik semesta.

Jadikan rumahmu sebagai sarang kebaikan. Masing-masing rumah kini bisa menjelma seumpama markas besar yang menyuplai pos-pos kecil rahmat dan pahala, yang batasnya telah dihancurkan oleh teknologi. Kajian ta’lim kini bisa diakses melalui sosial media. Menyambung tali silaturahmi dengan keluarga besar via videocall grup adalah pemandangan lumrah. Infaq, shadaqah, bahkan zakat juga kini bisa disalurkan kepada para mustahiq tanpa perlu menjejakkan kaki sejengkal pun keluar dari kamar. Luar biasa. Nikmat Allah bernama kemajuan zaman yang harus disyukuri dengan terus meningkatkan amal kebaikan.

Ramadan kali ini memang dilalui dengan kesendirian. Kesedihan hati ini sedikit dihibur memori perjuangan para nabiyullah yang tak henti berjuang mendakwahkan firman-Nya —dengan sendirian. Nuh AS kala membuat bahtera sebelum banjir bah, Musa AS ketika meyakinkan Fir’aun untuk bertobat, atau Muhammad SAW saat dilempari, dicaci, dicemooh penduduk kota Tha’if. Semua mereka lalui dengan kesendirian. Tak ada yang dapat menghalangi jalan penuh kebaikan. Lalu, Allah adalah adalah sebaik-baik pemilik janji. Tak ada hamba yang gemar menebar kebaikan lalu tak ditolong, —meski ia berjuang sendirian. 

Namun tetap ingat, sahabat. Garis ukhuwah kita tak akan diputus oleh wabah. Hadapi dengan istiqomah.

Tak berjamaah secara fisik, tetap bersatu padu secara batin. Cukup ikuti anjuran physical distancing, jangan sampai ada ruhiyah distancing. Saling menguatkan dalam doa-doa di sepertiga akhir malam. Bergantian memohon ampunan pada munajat panjang menuju Rabbul ‘alamin. Kita lewati fase tha’un ini dengan penuh khusnudzon.

Momentum Ramadan di tengah pandemi adalah kisah tentang menebar nilai kemanusiaan secara kolektif dari masing-masing sudut pandang. Ramadan menyatukan itu semua dalam satu spektrum kebaikan, agar frekuensi dapat menjangkau seluruh lapisan. Gerakan yang masif dari tiap individu akan melahirkan gelombang kebaikan yang tak terbendung. Meluas, melebar, hingga mendunia. Sampai syiar dapat tegak di penjuru kutub hingga khatulistiwa.

Berkolaborasi dengan penuh kreasi, serta menyatukan tujuan dengan langkah pasti. Bersama, bermanfaat.

Ya, kita masih bisa berjamaah. Meski dari dalam rumah.

Comments

  1. Sudah saatnya kita belajar lebih banyak untuk saling tebar manfaat walaupun jauh, berani untuk jaga diri walaupun sendiri, dan menguatkan rasa syukur dengan apa adanya. Semangat terus abangku! πŸ”₯πŸ™πŸ»

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ingat jarak kini bukan pemisah, jarak kini berbuah berkah. Yuk manfaatkan sisa Ramadan! πŸ’ͺ🏻πŸ”₯

      Delete
  2. "Namun tetap ingat, sahabat. Garis ukhuwah kita tak akan diputus oleh wabah. Hadapi dengan istiqomah.", nice sobat.

    ReplyDelete
  3. memang tulisannya selalu ngenak di hatiπŸ‘πŸ‘

    ReplyDelete
  4. Ketika diri tak sanggup mengucap, hadirmu jadikan alasan untuk terus bertahan

    ReplyDelete
  5. Semoga Ramadhan tahun depan, kita bisa merasakan seperti tahun-tahun sebelumnya, berkumpul, dan menikmati waktu bersama sahabat, tetap berdoa dan semangat sobat

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiin. kelak setelah pandemi berakhir, mari kokohkan kembali barisan yang sudah disusun πŸ˜‡πŸ’ͺ🏻

      Delete
  6. Masyaallah, semangat terus kawan

    ReplyDelete
  7. mashaallah, semoga pandemi ini mendatangkan hikmah kebaikan bagi kita semua

    ReplyDelete
  8. Benarlah bahwa nikmat akan dapat kita syukuri saat kita sudah jauh dari hal tersebut.

    Indahnya nikmat berjamaah 😭

    ReplyDelete
    Replies
    1. hikmah lain: jangan lupa untuk terus bersyukur πŸ₯Ί

      Delete
  9. Replies
    1. uwu salam hormat kembali panutan πŸ‘ŠπŸ»

      Delete
  10. Ya Allah, keren bi. Memang semua ada hikmahnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiin. tetap konsisten untuk memaknai setiap hikmah yak 😌πŸ’ͺ🏻

      Delete
  11. Masyaallah semangat yuk✨

    ReplyDelete
    Replies
    1. yuk tuntaskan, dikit lagi kok. semangat! ✨

      Delete
  12. Mantap bi tulisannya, semoga ALLAH Melindungi kita semua

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah thankyou van. amiin, semoga selalu istiqomah πŸ‘ŠπŸ»πŸ”₯

      Delete
  13. Aaa kerennn kali emang tulisan abi ni, selalu bisa memotivasi diri buat ttap semangat walaupun keadaan lagi gini, semangat biπŸ˜†

    ReplyDelete
  14. Mantapp jiwaa,semangat broo😎

    ReplyDelete
    Replies
    1. siap ula, semoga berkah Ramadan selalu menghampiri kita πŸ™πŸ»✨

      Delete
  15. Cukup aktivitas fisik yg dibatasi, hubungan sosial jangan. Semoga pandemi ini lekas berlalu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar! dan saling mendoakan adalah salah satu medianya πŸ’ͺπŸ»πŸ˜‡

      Delete
  16. Banyak cara untuk melakukan kebaikan, semoga sinyal harapan dari hati kecil kita akan terhubung dengan Allah. Tetap ikhtiar dan terus berkarya. ✊πŸ”₯

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiin. tetap terkoneksi dengan Allah dan berjamaah. semoga istiqomah πŸ‘ŠπŸ»

      Delete
  17. Keren bat parah.Kaga ada obat nih

    ReplyDelete
  18. Kesendirian kali ini mendapat pengecualian. Lalu apa yang membuat kita rela menyingkir dari jalan penuh kemuliaan?

    Allah yuftah alayk, abi πŸ’ͺ🏻πŸ”₯

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar! pengecualian yang membuat Ramadan menjadi terasa amat berbeda. Tapi memang tak ada yang dapat menghalau gelombang kebaikan. Anyway, jazakallah! πŸ™πŸ»✨

      Delete
  19. Masyaallah.... Keren tulisannya😳

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimakasih, Jannah! yang namanya ada tulisan atas πŸ˜†

      Delete
  20. Kerennnn. Semangat menebar nilai persatuan dan kesatuan dalam kebaikan.

    ReplyDelete
  21. Sinarilah dengan rasa kegembiraan dan wujud syukur yang besar , karena dibalik itu semua ada lebih besar hikmah yang lebih indah

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiin. hikmah yang indah sedang menanti 😭

      Delete
  22. Jadikan momen ini utk bermuhasabah, ambil hikmah, berbenah. Kita saling jaga meski tak berjumpa. Ukhuwah fillah abadan abada ✨

    ReplyDelete
    Replies
    1. jaga ukhuwah sampai bertemu kembali di jannah. bi idznillah πŸ’ͺ🏻πŸ”₯

      Delete
  23. Corona membawa berkah, mari kita saling bermuhasabah dan berukhuwah

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar Kak Yus, memang selalu ada hikmah dan berkah dalam setiap hal. tetap berukhuwah πŸ’ͺ🏻

      Delete

Post a Comment

Lihat juga: